Home > Legenda

Kantong Udara Misterius, dari Bermuda hingga Masalembo

Kantong udara adalah sebuah ruangan yang berisi udara yang mengalir dengan kecepatan tinggi.

Segitiga Bermuda identik dengan fenomena misterius atas hilangnya pesawat atau kapal yang melintas di kawasan tersebut. Benda seberat ratusan bahkan ribuan ton bisa tiba-tiba lenyap seperti ditelan bumi jika melintas di kawasan Miami-Bermuda-Puerto Rico tersebut.

Fenomena Segitiga Bermuda terjadi karena adanya fenomena alam yang disebut air pocket (kantong udara) atau air hole. Air pocket ini pula yang kini disebut-sebut menjadi jawaban atas simpang siurnya penyebab kecelakaan yang membuat pesawat Adam Air yang jatuh di kawasan Sulawesi pada 1 Januari 2007 lalu.

Banyak pihak menyatakan berbagai alasan yang berbeda-beda terhadap nasib pesawat yang hingga kini belum ditemukan keberadaannya ini. Mulai dari gangguan cuaca, kelalaian pilot, sabotase, hingga fenomena alam berupa kantong udara atau air pocket.

Adalah pakar hukum penerbangan, Kamis Martono yang menyampaikan kemungkinan ini. Dilansir Republika saat itu, kpada wartawan di Jakarta, Martono menyatakan ada kemungkinan pesawat Adam Air jatuh akibat masuk ke dalam wilayah kantong udara. Pasalnya, lokasi menghilangnya pesawat berada dalam wilayah titik kantong udara.

Peta Segitiga Bermuda. (Explorernet)
Peta Segitiga Bermuda. (Explorernet)

Martono menjelaskan bahwa kantong udara adalah sebuah ruangan yang berisi udara yang mengalir dengan kecepatan tinggi. ''Biasanya titik air pocket ini berada di sekitar kawasan pegunungan,'' jelasnya. Jika di atas wilayah air pocket ini melintas pesawat udara dengan ketinggian yang rendah, jelasnya, pesawat ini bisa saja tiba-tiba tersedot ke bawah menghantam bumi atau justru terlontar ke atas.

Di perairan sekitar Masalembo, Sulawesi Selatan bisa dikatakan sebagai kawasan Bermuda ala Indonesia lantaran adanya perairan dalam yang berputar. ''Putaran ini ke mana larinya, kita tidak tahu,'' kata dia.

Fenomena inilah yang menurut Martono bisa menjelaskan mengapa pesawat yang dikemudikan kapten pilot Revri Agustian Widodo ini tiba-tiba turun drastis dari ketinggian 35 ribu kaki menjadi 8 ribu kaki. Menurut Martono, fenomena air pocket sendiri tidak bisa dijelaskan asal muasalnya. ''Layaknya gejala alam yang lain, air pocket juga merupakan fenomena alam yang sulit dijelaskan,'' ungkapnya.

Martono menjelaskan sebenarnya fenomena alam ini jarang menimbulkan korban jatuhnya pesawat. Namun, lanjutnya, kecelakaan bisa saja terjadi jika daya tarik akibat air pocket ini luar biasa besar. ''Jika daya tarik besar ditambah ketinggian pesawat yang rendah, maka kecelakaan bisa saja terjadi,'' jelasnya.

Namun Martono tidak bersedia menyatakan bahwa hilangnya pesawat Adam Air di Sulawesi diakibatkan oleh air pocket. ''Tidak seperti itu, apa yang saya sampaikan hanyalah sebuah kemungkinan bahwa bisa saja pesawat Adam Air itu jatuh karena fenomena air pocket,'' ungkapnya. Karena itu, ia pun enggan memprediksi seberapa besar kemungkinan jatuhnya pesawat berbadan oranye ini akibat fenomena alam ini.

Tak ada penjelasan ilmiah

Selain karena fenomena air pocket, Martono menjelaskan Indonesia memiliki beberapa titik yang berbahaya bagi penerbangan. Salah satunya adalah perairan Masalembo di Sulawesi Selatan, dan Teluk Bayur di Sumatera Barat. Namun Martono menegaskan fenomena alam di dua lokasi ini berbeda dengan fenomena alam yang menjadi kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat Adam Air yaitu air pocket.

Khusus di perairan Masalembo, ungkapnya, lokasi ini pernah menelan tiga buah pesawat yang menghilang secara msiterius. Hingga kini nasib ketiga pesawat yang hilang secara berurutan di tahun 1961 ini belum bisa diketemukan keberadaannya. Karena itu, Martono menyebut kawasan ini sebagai Segitiga Bermuda-nya Indonesia akibat peristiwa misterius hilangnya pesawat di tempat ini.

''Disebut seperti itu, karena seperti Segitiga Bermuda, fenomena hilangnya pesawat di perairan ini tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, namun terjadi,'' katanya. Seperti di Segitiga Bermuda, fenomena hilangnya tiga pesawat di perairan Masalembo juga tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Apalagi, hingga kini pesawat naas itu hilang begitu saja seakan ditelan bumi.

Pesawat dan Kapal Hilang Misterius di Segitiga Bermuda

Segitiga Bermuda merupakan sebuah tempat yang banyak menyimpan misteri. Banyak orang menyebutnya dengan Segitiga Setan, Segitiga Kematian, dan Kuburan Atlantik. Banyak pesawat dan kapal laut yang hilang secara misterius di lokasi tersebut.

1974 : Pesawat C45 hilang dalam jarak 150 km dari Segitiga Bermuda.

1948 : Pesawat Theodore-4 yang memiliki empat mesin pendorong hilang beserta 31 orang penumpangnya. Juga pesawat DC-3 hilang beserta 32 penumpangnya tanpa bekas.

1949 : Pesawat Theodore-4 kedua juga hilang tanpa jejak.

1950 : Pesawat besar Amerika 'Globe Master' milik AU AS hilang. Di tahun yang sama, kapal barang Amerika 55-Sandra yang memiliki panjang lebih dari 100 meter hilang.

1952 : Pesawat pengangkut milik Ingris 'York' hilang beserta 33 penumpangnya.

1954 : Pesawat Amfibi AS tipe Lockheed hilang bersama 42 penumpangnya.

1956 : Pesawat Amfibi Amerika tipe Marteen P5M hilang bersama seluruh penumpangnya.

1962 : Pesawat pengisi bahan bakar jenis KB-50 milik AU AS hilang.

1963 : Pesawat pengangkut AS 'Marine Silver Queen' yang panjangnya 13- meter hilang bersama seluruh muatannya. Di tahun yang sama, dua pesawat pelatihan dan perbekalan milik AS jenis Stratoo serta pesawat angkut jenis C-132 juga hilang.

1968 : Pesawat jenis YC-122 yang dimodifikasi juga hilang.

1970 : Pesawat angkut milik Prancis 'Milton Patreads' hilang bersama seluruh awak pesawat.

1973 : Pesawat angkut Jerman 'Anita' yang berbobot 20 ribu ton hilang bersama 32 penumpangnya.

1974 : Pesawat perang milik AS hilang pada jarak 900 mil dari barat daya pulau Azores AS.

Disadur dari Harian Republika edisi 4 Januari 2007

× Image