Jhukong, Perahu Tradisional Khas Nelayan Bawean
OCEANIA.ID -- Suku Bawean merupakan salah satu suku Indonesia yang menduduki Pulau Bawean, Gresik Jawa Timur. Salah satu mata pencaharian suku Bawean adalah mencari ikan laut.
Saat melaut, nelayan Bawean biasanya menggunakan jhukong, perahu kecil khas nelayan Bawean. Dua sisi perahu tradisional ini dilengkapi dengan dua bambu panjang sebagai penyeimbang.
Bisa dibilang, Jhukong adalah moda laut serba bisa. Dengan menggunakan jhukong, para nelayan Bawean bisa untuk memancing maupun dijadikan sebagai kendaraan untuk berwisata keliling Bawean.
Selain itu, Jhukong telah teruji memilliki ketahanan terhadap ketinggian gelombang sampai dua meter. Penumpangnya tidak akan mabuk laut karena kapal punya dua keseimbangan dari bambu.
Jika dilihat bentuknya butuh keterampilan khusus untuk membuat satu unit jhukong, dengan kayu binong yang terkenal tangguh dan tahan gelombang. Sayangnya, ketersedian bahan baku kayu itu mulai langka di Bawean. Harga pun terus melambung.
Harga jhukong bervariasi. Jhukong ukuran kecil yang biasa dipakai untuk mencari cumi-cumi seharga Rp 500 ribu. Jhukong dengan ukuran sedang dibandrol dengan harga Rp 2,5 juta. Sementara, harga jhukong paling bagus bisa menembus angka Rp 8 juta.
Dalam mengoperasikan jhukong, para nelayan Bawean tempo dulu biasanya mengayuhnya dengan dayung yang terbuat dari kayu. Namun, jhukong masa kini sudah dilengkapi mesin, sehingga nelayan Bawean tidak perlu capek-capek lagi menggunakan dayung.
Dalam acara Festival Pulau Cena, Wonderful Sail to Indonesia di Bawean pada 2019 lalu, Jhukong resmi ditetapkan sebagai ikon nelayan tradisional di Pulau Bawean. Acara tersebut berlangsung meriah karena dihadiri juga oleh Putri Pariwisata 2019, Clarita Mawarni Salem. Masyarakat cukup antusias melihat Puteri Pariwisata menaiki jhukong.
Tak hanya menjadi ikon di Bawean saja, jhukong juga diharapkan bisa diakui dunia internasional melalui United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).