Home > Sejarah

Saat Pasukan Muslim Tenggelamkan Viking di Laut Tengah

Pasukan Muslim menghentikan kebrutalan Viking di wilayah Mediterania.

OCEANIA -- Pada pertengahan abad ke-9, tepatnya pada 859, seorang pangeran Kerajaan Swedia, Bjorn Ironside, bertolak menuju selatan dengan kapal serupa yang dipamerkan tersebut. Ada kepala hewan mitologis Ular Dunia alias Jormungandr di ujung depan perahu seperti layaknya perahu-perahu perang kaum pagan Nordik kala itu.

Bjorn Ironside didampingi Hanstein, seorang kepala suku dari Denmark yang terkenal hebat bertempur. Mereka membawa serta ratusan Viking, alias para perompak berperahu kala itu. Tujuannya, mencoba menjarah Roma di Italia.

“Jadi Viking ini sebenarnya bukan nama etnis, tapi kegiatan orang-orang di wilayah Skandinavia yang melakukan penjarahan dari laut dan sungai,” kata Hoist-Anderson, penerang di Museum Nasional Kopenhagen beberapa waktu lalu. Pasukan Ironside dan Hanstein ini sangat efektif. Kebanyakan bersenjatakan kapak khas Nordik. Hanya bangsawan dan pasukan elite yang menggunakan pedang panjang.

Mula-pula, pasukan dengan kekuatan 60 perahu itu merangsek melalui jalur Eropa bagian barat dan turun ke selatan. Francia, yang kini merupakan wilayah Prancis jadi korbannya yang mula-mula. Gereja-gereja serta kekayaan di dalamnya dirampas, orang-orang dibunuh, dan perempuan diperkosa.

Jalur penjarahan Viking pada abad ke-9. - (Public Domains)
Jalur penjarahan Viking pada abad ke-9. - (Public Domains)

Dari Normandia, para Viking kemudian menuju Semenanjung Iberia, wilayah yang sekarang meliputi Spanyol dan Portugal. Satu per satu, kota-kota tepi Laut Tengah yang saat itu merupakan wilayah kerajaan Islam juga dijarah.

Mereka mulanya tiba di Algeciras, wilayah yang dulu bernama Aljazirah al-Khadra, di Andalusia. Di sana, Bjorn dan Hastein bersama pasukan mereka membakar masjid agung, merampok apa yang bisa mereka ambil dari rumah ibadah tersebut, juga membantai warga setempat. Pasukan Viking melakukan hal serupa di Mizzima, lokasi yang saat ini masuk wilayah Maroko di ujung utara Afrika.

Dari Iberia, para Viking menuju Laut Mediterania alias Laut Tengah untuk meneruskan penjarahan. Satu-satu kota tepi pantai di wilayah Italia saat ini jadi korban. Pisa dan Sisilia dijarah dengan mudah.

Di Luna, pasukan ini berpura-pura hendak menganut agama Kristen. Tiba di tengah kota, mereka membongkar samaran dan menghabisi pendeta-pendeta serta membunuh warga setempat dan melakukan pemerkosaan.

Serangan Viking ke gereja di Lindisfarne.
Serangan Viking ke gereja di Lindisfarne.

Kebrutalan Viking di Semenanjung Iberia dan Mediterania ini sedianya bukan barang baru. Sejumlah sejarawan Muslim di Andalusia abad pertengahan seperti Ahmad al Razi dan Muawiyah bin Hisyam Assabinasi menuturkan bahwa pertamakalinya Viking menyerang kota Muslim terjadi pada akhir Muharram 230 Hijriyah yang bertepatan dengan September 844.

Saat itu, mereka menyerang Sevilla alias Isbiliyyah tanpa ampun. Kota tersebut kala itu tanpa pertahanan dan ditaklukkan dengan mudah. Sejumlah bantuan dari kerajaan Muslim sekitar kemudian berhasil mengusir para Viking pada 844 tersebut.

Menurut Ahmad al Razi, ekspedisi pada 859 adalah yang kedua kalinya Viking mencoba menjarah wilayah-wilayah Muslim. Al Razi menempatkan kejadian itu pada 245 Hijriyah. Saat itu, penjarahan-penjarahan Viking sudah jadi ancaman yang berulang dihadapi wilayah-wilayah di Eropa dan terkadang Afrika Utara, baik di bawah kerajaan Kristen maupun Islam.

Emir Kordoba, Muhammad bin Abdurrahman alihat Muhammad I saat itu merasa jengkel dengan leluasanya penjarahan-penjarahan yang juga disertai pembunuhan dan pemerkosaan tersebut. Ia kemudian menyusun pasukan dan strategi guna mengalahkan para Viking. Strategi tersebut kemudian ia jalankan saat para Viking hendak kembali dari ekspedisi penjarahan.

Ilustrasi ekspedisi yang dipimpin Ibnu Fadhlan ke Eropa Utara di museum Rusia di Norod, Rusia.
Ilustrasi ekspedisi yang dipimpin Ibnu Fadhlan ke Eropa Utara di museum Rusia di Norod, Rusia.

Emir Muhammad I menyiapkan penyergapan di Wadi al-Kabir alias Guadalquivir di dekat Selat Gibraltar. Kapal-kapal penyergap disiapkan, dilengkapi dengan sejenis ketapel raksasa yang bisa melontarkan bola-bola api.

“Dalam perjalanan pulang, mereka (para Viking) bertemu dengan armada Muhammad, yang membakar kapal orang kafir dan menangkap dua lainnya. Muatannya diambil sebagai jarahan. Untuk semua ini, orang-orang kafir sangat marah dan mereka melawan dengan kekuatan dua kali lipat energinya, inilah mengapa banyak umat Islam yang syahid. Kapal-kapal Majusi (Muslim zaman itu menyebut Viking sebagai kaum Majusi karena mereka merupakan kaum pagan) itu kemudian melanjutkan menuju Banbaluna (Pamplona),” tulis Ahmad al Razi dalam kitab Akhbar muluk al-Andalus.

Museum Nasional Kopenhagen mendedikasikan program interaktif mereka berupa film pendek dan pameran artifak terkait ekspedisi yang berujung kekalahan Viking tersebut.

Pada akhir kisah, bola-bola api menerjang perahu-perahu Viking dan menenggelamkan banyak penjarah. Alih-alih mendapat Valhalla sebagai imbalan semacam surga pejuang Viking yang mati perang, mereka dijemput Ran, dewi Nordik yang menyandera mereka-mereka yang tenggelam.

Disadur dari Republika.id

× Image