Home > Sejarah

Mengapa Khalifah Umar Tolak Pembentukan Angkatan Laut Muslim?

Pembentukan angkatan laut Muslim perdana diusulkan Muawiyah.

Pembentukan angkatan laut pasukan Muslim mulanya diusulkan Muawiyah bin Abu Sufyan yang ditugasi menjadi gubernur Suriah. Namun, pada awalnya, usulan ini ditolak Khalifah Umar bin Khattab. Apa hal?

Dalam menjalankan perannya, Muawiyah mampu membendung rongrongan pasukan Bizantium di daerah perbatasan kekhalifahan. Namun, sosok berjulukan Abu Abdurrahman itu menyadari, ancaman terbesar justru datang dari lautan. Dan, pertahanan Muslimin di kawasan pesisir saat itu masih lemah, tidak sebanding dengan armada tempur Bizantium.

Ia kemudian mengusulkan kepada Umar agar Kekhalifahan segera membangun angkatan laut. Dalam suratnya, ia berargumen bahwa Muslimin tidak bisa terus-menerus mengandalkan pergerakan pasukan di daratan. Orang-orang Arab memang piawai bertempur di darat. Bila unggul, mereka terus menyerang. Sebaliknya, mereka akan mundur teratur atau berpencar ke gurun bila musuh kian mendesak.

Seorang pelaut menggunakan astrolabe untuk navigasi, dalam manuskrip Arab oleh Iqbâl-nâma Nizâmî, Kâbul atau Kandahar, Abad ke-16.
Seorang pelaut menggunakan astrolabe untuk navigasi, dalam manuskrip Arab oleh Iqbâl-nâma Nizâmî, Kâbul atau Kandahar, Abad ke-16.

Namun, keinginan Muawiyah ditolak sang khalifah. Al-Faruq beralasan, orang-orang Arab tidak terbiasa bertempur di lautan. Dalam buku biografi karya Ali Muhammad as-Sallabi disebutkan jawaban Umar terkait usulan itu, “Demi Zat yang mengutus Nabi Muhammad SAW dengan kebenaran, tidak akan pernah aku izinkan seorang Muslim berperang di lautan. Demi Allah, seorang Muslim lebih kuinginkan (keselamatannya) daripada semua yang dimiliki Bizantium. Jadi, berhentilah dengan saranmu itu.”

Perkataan Umar menggambarkan kecenderungan umumnya masyarakat Lembah Hijaz. Tidak seperti penduduk pesisir Arab, menurut Peter Boxhall dalam “Arabian Seafarers in the Indian Ocean” (2007), mereka menilai lautan sebagai “daerah asing.” Muawiyah tak bisa berbuat banyak untuk meyakinkan pemimpinnya.

Pada November 644, Khalifah Umar ditusuk seorang budak Persia kala sedang memimpin shalat subuh. Ia meninggal dunia beberapa hari kemudian. Utsman bin Affan lantas terpilih sebagai penggantinya.

Berbeda dengan Umar, sahabat Nabi SAW yang berjulukan “Pemilik Dua Cahaya” itu cenderung mempertimbangkan masukan Muawiyah. Bagaimanapun, sang khalifah tidak langsung menyetujuinya. Sebab, dengan mengizinkan berarti ia telah menyalahi kebijakan Umar dan merusak janjinya dahulu sewaktu dibaiat.

Maka, Utsman sekadar membolehkan Muawiyah untuk membangun serangan via jalur laut secara sukarela. Artinya, pasukan Muslimin tidak sampai diwajibkan untuk mendaftar di angkatan laut, tetapi juga tidak akan dihalang-halangi bila berminat mengikutinya. Dengan kebijakannya itu, inisiatif sang gubernur Suriah pun mulai diwujudkan. Inilah armada yang pertama dalam sejarah Islam.

Ekspedisi angkatan laut Muslim pada masa Khulafaur Rashidun. (Wikimedia Commons)
Ekspedisi angkatan laut Muslim pada masa Khulafaur Rashidun. (Wikimedia Commons)

Pembentukan angkatan laut Islam merupakan kabar buruk untuk Bizantium. Sebab, tidak ada celah bagi kekaisaran Kristen itu untuk merebut kembali Mesir kecuali dengan serangan laut. Di daratan, pasukan Muslimin terlalu sukar untuk dikalahkan. Terlebih lagi, tidak sedikit penduduk lokal yang justru memihak Islam.

Dengan keluarnya restu dari Madinah, Muawiyah pun memulai kampanye di seluruh Suriah. Ternyata, umat Islam menyambut antusias imbauannya untuk berjihad di lautan. Jumlah simpatisan bahkan melampaui dari yang telah diperkirakan Utsman dan Muawiyah sendiri. Mereka tidak hanya datang dari Suriah atau Mesir, tetapi juga suku-suku bangsa Arab di pesisir Yaman, Oman, dan Bahrain.

Dalam waktu yang relatif singkat, armada Islam menjadi kekuatan yang disegani di Mediterania Timur. Markasnya tersebar di kota-kota pelabuhan penting, seperti Tripoli, Beirut, Tyre, Akka, dan Jaffa. Keunggulannya tidak hanya ditopang para prajurit yang siap mengorbankan nyawa di jalan Allah (fii sabilillah). Kekhalifahan juga didukung para ilmuwan yang berkontribusi khususnya dalam bidang astronomi, navigasi, persenjataan, dan teknik perkapalan.

Disadur dari Republika.id

× Image