Di Mana Laut Berlumpur Hitam tempat Singgah Dzulqarnayn
Dalam Alquran, banyak sekali kisah-kisah yang masih mengandung misteri atau belum terungkap secara jelas. Di antaranya, kisah tentang Nabi Khidir, Dzulqarnayn, serta Ya’juj dan Ma’juj. Terutama, tentang siapa mereka sebenarnya, di mana kejadiannya, dan apa saja yang mereka lakukan. Kalaupun terdapat penjelasannya dalam Alquran, lebih pada kiprahnya dan bukan nama mereka yang sebenarnya.
Khusus tentang Dzulqarnayn, sampai saat ini masih banyak perdebatan tentang sosok, kepribadian, nama, tempat petualangannya, dan lokasi Dzulqarnayn membangun dinding pemisah untuk Ya’juj dan Ma’juj. Siapakah dia sesungguhnya, di mana letak tembok atau dinding pemisah yang dibangunnya, serta di mana pula dia melihat matahari itu terbit dan tenggelamnya.
Banyak orang yang sudah berusaha meneliti. Namun, masih banyak yang belum memuaskan. Mengenai namanya saja, banyak pendapat yang berkembang. Setidaknya, ada empat nama yang disebutkan. Di antaranya, Alexander the Great, Cyrus II dari Persia (Makedonia), orang beriman di zaman Nabi Musa yang berasal dari keluarga Firaun, serta seorang hamba Allah yang saleh dari kerajaan Tubba atau Himyar.
Pendapat yang paling kuat mengenai nama Dzulqarnayn adalah Abu Karb al-Himyari atau Abu Bakar bin Ifraiqisy dari daulah al-Jumairiyah (615-552 SM). Kerajaannya disebut at-Tababi'ah. Dijuluki Dzulqarnayn (pemilik dua tanduk) karena kekuasaannya yang sangat luas, mulai Barat sampai Timur. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Syekh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, dalam Tafsir Al-Aisir.
Pendapat senada juga diungkapkan Abu Raihan al-Biruni dalam Al-Atsar al-Baqiyah ‘ani al-Qurun as-Sabiqah (Peninggalan yang tersisa dari Umat Terdahulu), Dzulqarnayn adalah raja dari Humair (Himyar).
Sesungguhnya Dzulqarnayn yang disebutkan dalam Alquran berasal dari Humair, hanya dengan berpedoman kepada namanya, karena setiap raja Humair dijuluki dengan gelar ‘Dzu’, seperti Dzu Nuwas dan Dzu Yazin. Nama Dzulqarnayn yang asli adalah Abu Bakar bin Ifriqisy (Afrika). Dia berkelana dengan bala tentaranya ke pantai laut putih tengah, dia melampaui Tunis, Maroko, dan lainnya. Dia membangun Kota Farika, sehingga seluruh benua itu dinamakan Afrika. Dia dijuluki Dzulqarnayn (dua tanduk) karena dia berhasil mencapai dua tanduk matahari (Timur dan Barat).
Para ahli tafsir berpendapat, Dzulqarnayn bukanlah Alexander the Great, karena Alexander ini adalah seseorang yang tidak beriman kepada Allah. Sedangkan Dzulqarnayn adalah seorang hamba Allah yang beriman. Bahkan, ada yang menyebutkan dia seorang utusan Allah karena mendapatkan wahyu sebagaimana diceritakan dalam Alquran surah Al-Kahfi [18]: 83-98.
Laut berlumpur hitam
Kisah yang masih misteri tentang sosok Dzulqarnayn hingga saat ini adalah tempat dia melihat matahari terbit dan terbenamnya. Di manakah itu? Alquran menyebutkan, ketika Dzulqarnayn sampai di suatu tempat matahari di barat, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam (fi Aynin Hami`atin).
"Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: Hai Dzulqarnayn, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka." (QS Al-Kahfi [18]: 86).
Di manakah lokasi Dzulqarnayn melihat matahari terbenam itu? Apakah laut yang dimaksud itu adalah Laut Hitam atau sekadar ilustrasi, yakni ketika seseorang berjalan ke sebuah pantai, laut, atau muara sungai, lalu dia menyaksikan matahari perlahan tenggelam?
Jika memahami ayat ke-86 surah Al-Kahfi di atas secara harfiah, laut yang dimaksud adalah sebuah lautan yang berwarna hitam karena dipenuhi oleh lumpur. Tentu saja, pendapat demikian akan menuai perdebatan yang sangat panjang. Sebab, sangat mustahil sebuah lautan yang sangat luas dipenuhi oleh lumpur yang berwarna kehitam-hitaman.
Sejumlah pendapat pun dikemukakan para ahli tafsir, seperti Ibnu Katsir dalam Bidayah wa an-Nihayah dan Tafsir Ibnu Katsir serta Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilal al-Qur’an, Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam Tafsir Al-Aisir, maupun lainnya mengenai ayat 86 surah Al-Kahfi tersebut.
Sayyid Quthb menjelaskan, pendapat yang paling kuat dia berada di antara salah satu muara sungai, yang terdapat banyak padang rumput dan di sekitarnya banyak tanah yang berlumpur.
Ibnu Katsir menyebutkan, tempat itu adalah samudra. Inilah gejala yang dialami setiap orang yang sampai di pantai. Dia melihat matahari seolah-olah terbenam ke dalamnya, padahal matahari tidak terpisah dari falak (astronomi) yang keempat yang menjadi tempat rotasinya. Sedangkan Syekh Abu Bakar Jabir al-Jazairi menyebutkan, tempat itu adalah di sisi sebuah samudra.
Namun, dimanakah laut berlumpur hitam itu? Benarkah tempat itu adalah Laut Hitam? Charles King dalam bukunya yang berjudul The Black Sea: A History (2004) menuliskan, Laut Hitam pada mulanya bernama Pontos Axenios (laut tidak ramah). Nama ini diberikan oleh orang Yunani. Kemudian, diganti menjadi Pontos Euxeinos (Laut Mesra) untuk mendapatkan keberkahan dari laut. Nama ini diberikan oleh para pelaut Yunani. Sebab, warna laut sangat gelap jika dibandingkan dengan Laut Mediterania.
Menurut Charles King, orang yang bisa melihat kedalaman Laut Hitam hanya berjarak sekitar lima meter (15 kaki), sedangkan Laut Mediterania mencapai 35 meter atau sekitar 100 kaki.
Sementara itu, ahli geologi dari Universitas Columbia, William Ryan dan Walter Pitman, dalam artikelnya berjudul Noah’s Flood,The New Scientific Discoveries About the Event That Changed History, yang dikutip National Geographic, menyatakan, Laut Hitam merupakan danau air tawar yang terisolasi dan dikelilingi oleh lahan pertanian.
Dilihat dari peta, Laut Hitam berada di antara tujuh negara di Eropa, yakni Rusia, Turki, Moldova, Ukraina, Bulgaria, Georgia, dan Rumania. Laut Hitam dikelilingi oleh ketujuh negara tersebut.
Laut Hitam adalah sebuah laut yang sangat dalam dan terletak di antara Eropa tenggara dan Asia Kecil. Laut ini terhubung dengan Laut Tengah oleh Bosporus dan Laut Marmara serta Laut Azov oleh Selat Kerch. Luas Laut Hitam mencapai 422 ribu kilometer persegi dengan kedalaman mencapai 2.210 meter.
Kota-kota yang ada di sekitar Laut Hitam itu adalah Batumi (Georgia), Trabzon, Samsun, Zonguldak, dan Istanbul (Turki), Burgas dan Varna (Bulgaria), Constanta (Romania), Sevastavol, Yalta, dan Odessa (Ukraina) serta Rostov na Donu (Rusia). Bisa jadi, warna kehitam-hitam Laut Hitam ini disebabkan pengendapan akibat tidak adanya muara tempat tersalurkannya air.
Menurut Black Sea Environment Programme’s Marine Hydrophysical Institute, Laut Hitam mengalami kerusakan akibat aktivitas manusia. Bahkan, Laut Hitam dianggap yang paling buruk di dunia akibat keberadaannya yang terletak di pesisir Eropa Timur dan kepadatan penduduk yang ada di sekitar Laut Hitam. Wallahu a’lam.
Disadur dari Harian Republika edisi 21 November 2010 dengan reportase oleh Syahruddin el-Fikri.