OCEANIA.ID -- Sejumlah wilayah kepulauan dan perairan di Nusantara memiliki mitos-mitos soal hewan laut yang luar biasa besar. Di Kepulauan Biak Numfor di Teluk Cendrawasih, warga tempatan mengenal yang namanya Kawondama ada juga yang menyebut Faknik. Makhluk raksasa ini menurut legenda adalah penyangga pulau-pulau di atol di tepian Samudra Pasifik itu.

Bentuknya kerap kali disebut menyerupai gurita. Saking besarnya, ia kerap disangka pulau baru saat muncul ke permukaan. Buat pelaut yang tak hati-hati, siap-siap saja ditenggelamkan. Kehadirannya disebut ditandai buih-buih putih di lautan.

Sedangkan warga Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, yang biasa beraktifitas di Selat Peling yang menghubungkan daratan Kabupaten Banggai dengan pulau Kabupaten Banggai Kepulauan dikenal makhluk serupa gurita raksasa yang disebut Molokoimbu, sang hantu laut berbentuk gurita raksasa.

Ia disebut kerap muncul ke permukaan pada malam pergantian tahun masehi. Tentakelnya yang berukuran raksasa disebut bisa mengeluarkan cahaya yang terlihat dari permukaan.

Sementara di Wakatobi, Sulawesi Tenggara terutama di daerah Tomia, ada juga mitos gurita raksasa yang dipanggil dengan nama Imbu. Ia disebut berwarna merah dan hingga saat ini kerap disajeni dengan makanan-makanan berwarna merah di laut Tomia.

Dari mana datangnya legenda-legenda ini? Ternyata, di Samudera Pasifik memang hidup gurita raksasa. Hewan dengan nama latin Enteroctopus dofleini ini adalah gurita dengan ukuran terbesar di muka Bumi sejauh yang ditemukan selama ini.

James Cosgrove dalam bukunya Super Suckers, The Giant Pacific octopus (2009) menerangkan bahwa gurita pasifik raksasa dewasa biasanya memiliki berat sekitar 15 kilogram (kg) dengan rentang lengan hingga 4,3 meter. Namun sempat juga ditemukan yang memiliki berat 50 kg dan memiliki rentang radial 6 meter. Ahli zoologi Amerika GH Parker menemukan bahwa pengisap terbesar pada gurita Pasifik raksasa berukuran sekitar 6,4 cm dan dapat menopang masing-masing 16 kg.

Gurita ini dapat ditemukan di bagian utara Samudera Pasifik dari zona intertidal hingga kedalaman 2.000 meter. Gurita ini pandai beradaptasi di perairan dingin dan kaya oksigen. Usainya juga mencapai tiga hingga lima tahun, jauh lebih lama ketimbang jenis gurita lainnya yang biasanya mati sebelum satu tahun.

Inspirasi lainnya untuk monster laut di Nusantara juga bisa datang dari cumi-cumi raksasa (Architeuthis dux). Ia hidup di perairan dalam di Samudra Atlantik dan Samudera Pasifik dari bagian utara hingga selatan yang meliputi wilayah timur dan timur laut Indonesia.

Perkiraan terbaru menyebutkan ukuran maksimumnya sekitar 12–13 meter untuk betina dan 10 meter untuk jantan, dari sirip posterior hingga ujung dua tentakel panjang (lebih panjang dari cumi-cumi kolosal yang diperkirakan 9–10 meter tetapi jauh lebih ringan, Tentakelnya membentuk sebagian besar panjangnya. Mantel cumi-cumi raksasa memiliki panjang sekitar 2 meter dan panjang cumi-cumi tidak termasuk tentakelnya jarang melebihi 5 meter.

Gambar pertama hewan ini di habitat aslinya diambil pada tahun 2004 oleh tim Jepang. Cumi-cumi raksasa tersebar luas, terdapat di seluruh lautan di dunia. Biasanya ditemukan di dekat lereng benua dan pulau dari Samudera Atlantik Utara, khususnya Newfoundland, Norwegia, Kepulauan Inggris bagian utara, Spanyol dan kepulauan samudera Azores dan Madeira, hingga Atlantik Selatan di sekitar Afrika bagian selatan, Pasifik Utara di sekitar Jepang, dan Pasifik barat daya di sekitar Selandia Baru dan Australia. Spesimen jarang ditemukan di garis lintang tropis dan kutub.

Distribusi vertikal cumi-cumi raksasa tidak diketahui secara lengkap, namun data dari spesimen yang ditangkap dan perilaku penyelaman paus sperma menunjukkan bahwa cumi-cumi raksasa ini tersebar di kedalaman yang luas, mungkin 300–1.000 meter di bawah permukaan laut.